AKSEPTOR IUD DENGAN KEPUTIHAN

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA Ny. S
AKSEPTOR IUD DENGAN KEPUTIHAN
DI BPS DYAH S BANYUDONO

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Program KB Nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Kontribusi program Keluarga Berencana Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan program Making Pregnancy Safer. Salah satu pesan kunci dalam Rencana Strategik Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia 2001-2010 adalah bahwa setiap kehamilan harus merupakan kehamilan yang diinginkan. Untuk mewujudkan pesan kunci tersebut KB merupakan upaya pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama. Untuk mengoptimalkan manfaat keluarga berencana bagi kesehatan, pelayanannya harus digabungkan dengan pelayanan kesehatan reproduksi yang telah tersedia.
Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan utama diperlukannya pelayanan keluarga berencana. Masih banyak alasan lain, misalnya membebaskan wanita dari rasa khawatir terhadap terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, serta terjadinya gangguan fisik atau psikologi akibat tindakan abortus yang tidak aman (Saifuddin, 2003: v).
Salah satu jenis alat kontrasepsi adalah IUD yang merupakan salah satu metode kontrasepsi efektif, yaitu pemakaian IUD dengan satu kali pemasangan untuk jangka waktu yang lama. Perkembangan bentuk IUD serta kesadaran yang meningkat akan perlunya pengendalian kesuburan dengan teknik pemasangan yang benar, maka kini IUD telah dapat diterima secara luas di kalangan masyarakat (Wiknjosastro, 2003: 910).
Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia pada tahun 2007 penggunaan kontrasepsi IUD menduduki peringkat ke empat, dari sejumlah 746.702 peserta KB. Secara rinci kontrasepsi yang digunakan sebagai berikut: suntik (67,56%), pil (17,82%), implan (6,67%), IUD (2,74%), kondom (2,51%), MOW (2,23%), MOP (0,37%). Sedangkan jumlah pengguna kontrasepsi IUD di BPS Dyah S Banyudono dari bulan Januari sampai Desember 2007 sekitar 15 orang akseptor IUD dengan keluhan keputihan 5 akseptor. Dari latar belakang dan permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana pada Ny. S Akseptor IUD dengan Keputihan di BPS Dyah S Banyudono”.

B. RUANG LINGKUP
1. Lingkup Masalah
Penulis membatasi masalah pada aspek asuhan kebidanan pada Ny. S akseptor IUD dengan keputihan di BPS Dyah S Banyudono.
2. Lingkup Materi
Materi yang penulis gunakan untuk mempelajari kasus pada akseptor IUD dengan keputihan adalah dengan menerapkan ilmu kebidanan yang diaplikasikan dalam pelayanan KB melalui manajemen kebidanan yang terdiri dari pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi, intervensi, implementasi dan evaluasi.
3. Lokasi
Lokasi yang digunakan dalam pengambilan kasus untuk Karya Tulis Ilmiah ini yaitu di BPS Dyah S Banyudono.
4. Waktu
Pada penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, waktu yang penulis gunakan dalam memberikan asuhan kebidanan pada Ny. S adalah bulan Mei 2008.
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah agar penulis dapat memahami pengetahuan tentang kontrasepsi IUD dengan keputihan melalui penerapan asuhan kebidanan serta mengetahui masalah dan kendala yang dihadapi penulis selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah di BPS Dyah S. Banyudono.
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan asuhan kebidanan KB pada akseptor IUD dengan keputihan pada Ny. S.
b. Mencegah terjadinya komplikasi yang terjadi pada akseptor IUD dengan keputihan.
c. Mengetahui adanya kesenjangan antara teori dan praktek dalam memberikan asuhan kebidanan pada kasus akseptor IUD dengan keputihan.

D. MANFAAT
1. Bagi Penulis
Penulis dapat meningkatkan pola pikir ilmiah dalam memberikan asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD dengan keputihan.
2. Bagi Lahan Praktek
Sebagai masukan untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu pelayanan khususnya pada akseptor IUD dengan keputihan.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menjadi bahan bacaan tentang asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD khususnya dengan keputihan.
E. METODE DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1. Metode Penulisan
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah menggunakan metode deskriptif yaitu membuat uraian tentang sesuatu dan menceritakan apa adanya semua hal yang dapat diamati pada masalah yang bersangkutan (Budioro, 2002: 103)
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan yang meliputi pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera untuk memperoleh data obyektif (Arikunto, 2002: 133).
Penulis melakukan observasi langsung kepada pasien pada saat melakukan pemeriksaan dan saat pasien melakukan kunjungan ulang.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dimana peneliti mendapatkan keterangan secara lisan dari klien atau bercakap-cakap berhadapan muka (Notoatmodjo, 2002: 102).
Penulis di sini melakukan tanya jawab langsung terhadap pasien dan keluarga pasien sehingga penulis dapat memperoleh data yang akurat.
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah cara pengumpulan data melalui pemeriksaan dapat berupa pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologi, USG, CT-scan atau scanning dengan menggunakan zat radioaktif pada kedokteran nuklir (Budiarto, 2001: 15).
Penulis melakukan pemeriksaan fisik pada pasien secara head to toe.
d. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi adalah semua bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen, baik dokumen resmi maupun tidak resmi. (Notoatmodjo, 2002: 63).
Penulis memperoleh data-data pasien antara lain dari laporan medik BPS.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memudahkan pemahaman bagi pembaca, maka Karya Tulis Ilmiah ini disusun menjadi empat bab. Adapun penyusunannya sebagai berikut:
BAB I : Berisi pendahuluan yang menguraikan latar belakang, ruang lingkup, tujuan penelitian, manfaat penulisan dan sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah.
BAB II : Berisi teori medis dan teori manajemen kebidanan. Teori medis berisi tentang faktor-faktor medis yang terdiri dari konsep tentang kontrasepsi dan keputihan secara umum dengan penggunaan IUD. Teori manajemen kebidanan berisi tinjauan kasus yang diuraikan menurut 7 langkah Varney, yang terdiri dari pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi, intervensi, implementasi dan evaluasi.
BAB III : Berisi tinjauan kasus dan pembahasan asuhan kebidanan yang terdiri dari 7 langkah yaitu pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi, intervensi, implementasi dan evaluasi.

BAB IV : Penutup terdiri dari simpulan dan saran. Simpulan dirumuskan untuk menjawab tujuan penulisan yang merupakan inti pembahasan sedangkan saran merupakan tanggapan dari simpulan dan merupakan alternatif pemecahan masalah yang realistis dan operasional.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. TEORI MEDIS
1. Kontrasepsi
a. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara ataupun menetap (Mansjoer, 2001: 350).
b. Tujuan Kontrasepsi
Tujuan penggunaan kontrasepsi menurut Mansjoer (2001: 350) adalah:
1) Menunda kehamilan.
2) Menjarangkan kehamilan (mengatur kesuburan).
3) Mengakhiri kesuburan (tidak ingin hamil lagi).
c. Cara Kerja Kontrasepsi
Cara kerja kontrasepsi bermacam-macam, tetapi pada umumnya menekan keluarnya sel telur (ovulasi), menahan masuknya sperma ke dalam saluran kelamin wanita sampai mencapai ovum, menghalangi nidasi (Sudarmo, 2001: 3).
d. Pembagian Kontrasepsi
Pembagian kontrasepsi menurut Wiknjosastro (2003: 535-543), adalah:

1) Kontrasepsi Sederhana
a) Kontrasepsi tanpa menggunakan alat atau obat
(1) Senggama terputus
Senggama terputus adalah penarikan penis dari vagina sebelum terjadi ejakulasi.
(2) Pembilasan pasca senggama
Pembilasan vagina dengan air biasa dengan atau tanpa tambahan larutan obat segera setelah koitus.
(3) Pantang berkala
Kontrasepsi pantang berkala yaitu menghindari koitus pada masa subur atau fase ovulasi (48 jam sebelum ovulasi dan berakhir 24 jam setelah ovulasi).
b) Kontrasepsi dengan menggunakan alat atau obat menurut Wiknjosastro (2003: 539-543) yaitu:
(1) Kondom
Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vanil) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual yang mempunyai bentuk seperti puting susu.
(2) Diafragma vagina
Kantong karet yang berbentuk mangkuk dengan per elastis pada pinggirannya.
(3) Cervical cap
Mangkuk karet atau plastik yang dalam dengan pinggirannya terbuat dari karet yang tebal.
(4) Spermisida
Bahan kimia yang digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma yang dikemas dalam bentuk aerosol (busa), tablet vagina, suppositoria dan krim.
2) Kontrasepsi Hormonal
a) Pil
Pil hormonal yang komponennya terdiri dari estrogen dan progesteron atau salah satu dari komponen tersebut.
Macan-macam kontrasepsi pil yaitu:
(1) Pil kombinasi
Pil kombinasi yaitu pil hormonal yang komponennya terdiri dari estrogen dan progesteron (Saifudin, 2003: MK-27).
(2) Pil progestin
Pil hormonal yang komponennya terdiri dari progesteron yang harus diminum (Saifudin, 2003: MK-51).
b) Kontrasepsi Suntikan
Kontrasepsi yang diberikan dengan cara disuntikkan secara intramuskuler di daerah otot pantat (gluteus maximus) (Siswosudarmo, 2001: 20 ).
c) AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)
Implan adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgestrel yang dibungkus dalam kapsul silastic silicone dan disusukkan dibawah kulit. Jumlah kapsul yang disusukan sebanyak 6 kapsul yang masing-masing kapsul panjangnya 34 mm dan berisi 36 mg levonorgestrel (Wiknjosastro, 2003: 552).
3) AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
AKDR merupakan benda asing yang dipasang dalam rahim yang bertujuan untuk menghalang kapasitas spermatozoa (Manuaba, 1998: 455).
4) Kontrasepsi Mantap
Adalah salah satu cara kontrasepsi dengan tindakan pembedahan pada saluran telur wanita atau saluran mani yang mengakibatkan orang atau pasangan yang bersangkutan tidak akan memperoleh keturunan lagi. Ada dua macam jenis kontrasepsi ini, yaitu:
a) Pada wanita metode operasi wanita (Tubektomi).
b) Pada pria metode operasi pria (Vasektomi).

2. IUD/AKDR
a. Pengertian IUD
IUD adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam liang vagina wanita untuk mencegah kehamilan
(http://www.bkkbn.go.id/dkijakarta/administrator/artikel/alkon.htm, diperoleh tanggal 15 Mei 2008).
b. Macam-Macam IUD
Berbagai jenis IUD yang beredar di Indonesia menurut Mansjoer (2001: 357) yaitu :
1) Inert, terbuat dari plastik (Lippes loop) atau baja antikarat (The Chinese Ring)
2) Mengandung tembaga, seperti T Cu 380 A, T Cu 200 C, Multiload (ML Cu 250 dan 375) dan Nova T
3) Mengandung hormon steroid, seperti Progestasert (hormon progesteron) dan Levonova (Levonorgestrel).
c. Mekanisme Kerja
IUD tembaga mencegah terjadinya pembuahan (fertilisasi) dengan memblok bersatunya ovum dan sperma, mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba fallopii dan menginaktifkan sperma, sedangkan IUD yang mengeluarkan hormon, menebalkan lendir serviks hingga menghalangi pergerakan sperma (Mansjoer, 2001: 357).
d. Efektivitas, Keuntungan dan Kerugian IUD
1) Keefektifan IUD
IUD mempunyai efektivitas cukup tinggi, 0,6-0,8 kehamilan/ 100 perempuan dalam 1 tahun pertama atau 1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan (Saifuddin, 2003: MK-73).

2) Keuntungan IUD
Keuntungan IUD menurut Saifuddin (2003: MK-73), yaitu:
a) IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.
b) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
c) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
d) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
e) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
f) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi).
g) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir).
h) Tidak ada interaksi dengan obat-obatan.
3) Kerugian IUD
Menurut Dep.Kes RI (1999: 104) kerugian menggunakan IUD adalah:
a) Dapat meningkatkan resiko penyakit radang panggul (PRP).
b) Memerlukan prosedur pencegahan infeksi sewaktu memasang dan mencabutnya.
c) Bertambah darah haid dan rasa sakit selama beberapa bulan pertama pada sebagian pemakai IUD.
d) Klien tidak dapat mencabut IUD sendiri.
e) Tidak dapat melindungi klien dari PMS, AIDS dan HIV.
f) Bertambahnya resiko mendapat penyakit infeksi panggul pada pemakaian IUD dengan riwayat penyakit menular seksual atau mereka yang mempunyai mitra seks lebih dari satu.
e. Indikasi, Kontraindikasi dan Waktu Pemasangan IUD
1) Indikasi
Menurut Dep.Kes.RI (1999: 104-105) pemasangan IUD untuk tujuan kontrasepsi dapat dilakukan pada wanita yang:
a) Menyukai metode kontrasepsi yang hasilnya sangat efektif, berjangka panjang, tetapi belum ingin menerima metode permanen pada saat ini.
b) Menyukai metode yang tidak memerlukan pekerjaan setiap hari atau sebelum melakukan hubungan seksual (termasuk wanita yang mengalami kesulitan harus menelan pil setiap hari).
c) Telah mempunyai anak satu atau lebih.
d) Sedang menyusui dan ingin memakai kontrasepsi.
e) Menyukai tidak memakai metode kontrasepsi hormonal seperti pil kontrasepsi kombinasi atau tergolong perokok berat (lebih dari 15 batang rokok sehari) berumur di atas 35 tahun.
f) Telah menunjukkan hasil baik pada pemakaian IUD terdahulu.
g) Mempunyai resiko rendah mendapat Penyakit Menular Seksual (PMS).
AKDR Cu dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan keadaan yaitu perokok, pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat adanya infeksi, sedang memakai antibiotik atau anti kejang, gemuk ataupun kurus, sedang menyusui, penderita tumor jinak payudara, penderita kanker payudara, pusing, sakit kepala, tekanan darah tinggi, varises di tungkai atau di vulva, penderita penyakit jantung, pernah menderita stroke, penderita diabetes. Penderita penyakit hati atau empedu, malaria, penyakit tyroid, epilepsi, non pelvic TBC, setelah kehamilan ektopik setelah pembedahan pelvic (Saifuddin, 2003: MK-74).
2) Kontra Indikasi
Kontra indikasi pemasangan AKDR menurut Saifuddin (2003: MK-75) adalah:
a) Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil).
b) Perdarahan vagina yang tidak diketahui.
c) Sedang menderita infeksi alat genital (Vaginitis, Servisitis).
d) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septic.
e) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi cavum uteri.
f) Kanker alat genital.
g) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.

3) Waktu Pemasangan
a) Setiap waktu dalam siklus haid yang dapat dipastikan klien tidak hamil.
b) Hari 1-7 siklus haid.
c) Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pasca persalinan, setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenore laktasi (MAL). Perlu diingat, angka ekspulsi tinggi pada pemasangan segera atau selama 48 jam pasca persalinan.
d) Setelah abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi.
e) Selama 1-5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi.
(Saifuddin, 2003: MK-77)
f. Efek samping IUD dan penanganannya
1) Perdarahan
Dapat terjadi perdarahan pasca-insersi, bercak di luar haid (spotting) atau perdarahan meno atau metroragia.
Perdarahan ditangani dengan memberikan obat-obatan seperti: Ermetrin, Metergin, Daflon, kalsium, vitamin K dan C dan sebagainya. Tidak perlu diberikan antibiotik. Bila dengan cara-cara tersebut perdarahan tidak berhenti atau tetap banyak, dianjurkan untuk mencabut IUD.

2) Keputihan
Keputihan yang berlebihan mungkin disebabkan oleh reaksi organ genetalia terhadap benda asing yang biasanya terjadi dalam beberapa bulan pertama setelah insersi. Sebelum dilakukan pengobatan, carilah penyebabnya dulu. Dapat diberikan tablet oral atau tablet vaginal.
3) Nyeri dan mulas
Kejang, nyeri dan mulas-mulas, serta pegal pada pinggang biasanya terjadi sehabis insersi IUD, umumnya akan hilang dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. Pengobatannya dengan analgetik dan spasmolitika.
4) Dismenorea (nyeri selama haid)
Tidak seluruhnya wanita yang memekai IUD akan menderita nyeri haid, biasanya hanya terjadi pada wanita-wanita yang sebelumnya memang sering mengeluh nyeri sewaktu haid. Pengobatannya dengan analgetika dan spasmolitika.
5) Dispareunia (nyeri sewaktu koitus)
Wanita jarang merasakannya, sering pihak suami mengeluh sakit karena benang yang panjang atau cara pemotongan benang seperti bambu runcing. Penanganannya dengan memendekkan benang dan buatlah agar ujungnya tumpul.

6) Ekspulsi (IUD keluar dengan sendirinya)
Sering dijumpai pada masa 3 bulan pertama setelah insersi, setelah 1 tahun angka ekspulsi akan berkurang. Biasanya terjadi sewaktu sedang haid.
Faktor-faktor yang berperan pada terjadinya ekspulsi adalah:
a) Faktor IUD
(1) Jenis IUD, yaitu ekspulsi lebih jarang terjadi pada jenis IUD tertutup.
(2) Ukuran IUD, yaitu makin besar ukurannya semakin kecil kemungkinan terjadinya ekspulsi.
b) Waktu pemasangan
Angka ekspulsi lebih tinggi pada pemasangan dini (beberapa hari postpartum) dan pada pemasangan langsung dalam waktu bulan pertama pasca persalinan.
c) Faktor akseptor
(1) Umur dan paritas akseptor, yaitu makin tinggi usia dan paritas, makin rendah kejadian ekspulsi.
(2) Adanya kelainan pada alat genetalia, yaitu misalnya inkompetensi serviks dan kelainan uterus.
d) Infeksi
Radang panggul dijumpai sekitar 2% akseptor pada tahun pertama pemakaian, namun infeksi ini bersifat ringan dan tidak perlu dicabut.
g. Petunjuk bagi klien IUD
Petunjuk bagi klien IUD menurut Saifuddin (2003: MK-77), yaitu:
1) Kembali memeriksakan diri setelah 4-6 minggu pemasangan IUD.
2) Setelah bulan pertama menggunakan IUD, periksalah tali secara rutin terutama setelah haid.
3) Setelah bulan pertama pemasangan hanya perlu memeriksakan keberadaan benang setelah haid apabila mengalami:
a) Kram/ kejang diperut bagian bawah.
b) Perdarahan/ spotting diantara haid atau setelah senggama.
c) Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan mengalami ketidaknyamanan selama melakukan senggama.
4) Copper T 380 A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat dilakukan lebih awal apabila diinginkan.
5) Kembali ke klinik, apabila :
a) Tidak dapat meraba tali IUD.
b) Merasakan bagian yang keras dari IUD.
c) IUD terlepas.
d) Siklus terganggu/ meleset.
e) Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan.
f) Adanya infeksi.
h. Indikasi Pencabutan IUD
Indikasi untuk mengeluarkan IUD adalah sebagai berikut:
1) Indikasi medis: sakit atau kram daerah pelvis terus-menerus, perdarahan pervaginam yang abnormal atau berlebihan, PID akut, perubahan letak IUD di dalam uterus, kehamilan (bila mudah mengerjakannya) keganasan uterus atau cervix, menopause.
2) Atas permintaan suami-istri.
3) IUD telah kadaluarsa.
4) Akseptor bercerai atau suami meninggal.
5) Ingin hamil atau ganti cara kontrasepsi lain.

3. Keputihan
a. Pengertian Keputihan
Keputihan adalah keluarnya sekret/ cairan dari vagina (www.medikaholistik.com, diperoleh tanggal 15 Mei 2008).
b. Keputihan Alamiah/ Fisiologis
Keputihan alamiah menurut Wiknjosastro (2003: 271) ditemukan pada:
1) Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari, disebabkan oleh pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
2) Waktu sekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen.
3) Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
4) Waktu sekitar ovulasi, sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer.
5) Akseptor kontrasepsi pil dan akseptor IUD (www.info-sehat.com, diperoleh tanggal 15 Mei 2008).
c. Keputihan oleh Penyakit/ Patologis
Penyebab terjadinya keputihan menurut Sianturi (2001: 2-7) dapat disebabkan oleh :
1) Infeksi
Adanya jasad renik berupa kuman, jamur, parasit, dan virus dapat menghasilkan zat kimia tertentu yang bersifat asam dan menimbulan bau yang tidak sedap.
2) Benda asing
Adanya benda asing dapat merangsang pengeluaran cairan liang senggama yang berlebihan.
3) Kanker
Pada kanker terdapat gangguan dari pertumbuhan sel normal yang berlebihan, sehingga mengakibatkan sel tumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak, akibatnya terjadi pembusukan dan perdarahan akibat pecahnya pembuluh darah yang bertambah untuk memberikan makanan dan oksigen pada sel kanker tersebut.
4) Menopause
Pada keadaan menopause sel-sel pada leher rahim dan liang senggama mengalami hambatan dalam pematangan sel akibat tidak adanya hormon pemacu, yaitu estrogen. Liang senggama menjadi kering dan sering timbul rasa gatal karena tipisnya lapisan sel sehingga mudah menimbulkan luka dan akibatnya timbul infeksi.

5) Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan.
Kadang-kadang pada wanita ditemukan cairan dari liang senggama yang bercampur dengan air seni atau feses, yang terjadi akibat adanya lubang kecil dari kandung kencing atau usus ke liang senggama akibat adanya cacat bawaan, cedera persalinan, radiasi dan akibat kanker.
d. Tanda dan Gejala Keputihan
Tanda dan gejala keputihan, yaitu :
1) Fisiologis
a) Cairan tidak berwarna/ bening.
b) Tidak berbau.
c) Tidak berlebihan.
d) Tidak menimbulkan keluhan.
2) Patologis
a) Bakteri
Ini disebabkan oleh bakteri Gardnerella (Bacterial vaginosis). Cirinya, yaitu keputihan biasanya encer, berwarna putih keabu-abuan dan berbau amis.
b) Jamur
Ini disebabkan oleh jamur Candida albicans. Cirinya, yaitu cairan berwarna putih kekuningan, berbau khas dan dapat menyebabkan rasa gatal yang hebat pada daerah vulva dan sekitarnya.
c) Parasit
Ini disebabkan oleh infeksi parasit Tricohomonas vaginalis. Cirinya, yaitu cairan berwarna kuning-hijau, kental, berbusa, berbau tidak sedap, dan menimbulkan rasa gatal dan iritasi di organ intim.
d) Virus
Keputihan karena virus sering ditimbulkan oleh penyakit kelamin, seperti:
(1) Condyloma yang ditandai dengan tumbuhnya kutil yang sangat banyak dan cairan berbau.
(2) Herpes
(a) Ditularkan lewat hubungan seksual.
(b) Bentuknya seperti luka melepuh disekeliling liang vagina.
(c) Mengeluarkan cairan gatal.
(d) Terasa panas.
(3) HIV/ AIDS
(http://yuwielueninet.wordpress.com, diperoleh tanggal 15 Mei 2008).
e. Penatalaksanaan Keputihan
Penatalaksanaan keputihan menurut Sianturi (2001: 10-11), yaitu :
1) Sebagai penawar
Berupa larutan antiseptik yang digunakan untuk membersihkan cairan keputihan dari liang senggama.
2) Obat pemusnah
Dengan menggunakan obat antibiotika dan anti jamur yang dapat digunakan pada keputihan yang disebabkan oleh kuman, jamur dan parasit.
3) Penghancuran lokal dan pembedahan
Dilakukan operasi berupa pengangkatan sebagian jaringan leher rahim. Pada awalnya lubang antara kandung kencing atau usus ke liang senggama (fistel) dilakukan operasi penutupan fistel dari liang senggama.
Penatalaksanaan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya.
Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan:
1) Golongan Flukonazol, untuk mengatasi infeksi Candida.
2) Golongan Metronidazol, untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit
Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul), topikal seperti krem yang dioleskan, uvula yang dimasukkan langsung ke dalam liang vagina (http://astaqauliyah.com/2007/03/25/keputihan-si-putih-yang-mengganggu/, diperoleh tanggal 15 Mei 2008).

B. TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN
Manajemen kebidanan adalah pendekatan kerangka pikir yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengumpulan data, analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Kepmenkes, 2007: 5).
Dalam memberikan asuhan kebidanan pada klien penggunaan IUD dengan keputihan, penulis menerapkan manajemen kebidanan menurut Hellen Varney yang terdiri dari tujuh langkah berurutan di mana setiap langkah disempurnakan secara periodik agar pelayanan yang komprehensif dan aman dapat dicapai. Langkah ini meliputi pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi, rencana tindakan, implementasi dan evaluasi. Langkah-langkah manajemen kebidanan menurut Hellen Varney adalah sebagai berikut:
1. Pengkajian
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua yang berkaitan dengan kondisi klien dan keluarga secara lengkap. Bidan harus menggali data dari pasien dan keluarga dan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan sendiri, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar. Pendekatan secara komprehensif meliputi data subjektif dan objektif dapat menggambarkan kondisi klien yang sebenarnya (Pusdinakes, 2003: 32).

Pola manajemen yang penulis kaji pada data subjektif ini meliputi:
a. Data identitas
Data identitas mencakup:
1) Nama, ditanyakan untuk membedakan dengan pasien/ klien lainnya.
2) Umur, ditanyakan untuk mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan yang dilakukan.
3) Agama, ditanyakan untuk mengetahui agama pasien akan mudah dalam mengatasi masalah kesehatan pasien.
4) Pendidikan, ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektual pasien.
5) Pekerjaan, ditanyakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pekerjaan dengan permasalahan kesehatan pasien dan juga pembiayaan pasien.
6) Alamat, untuk mengetahui lingkungan serta tempat tinggal pasien atau klien.
b. Keluhan utama
Untuk mengetahui permasalahan/keluhan yang dihadapi oleh klien. Pada klien ini alasan yang dikemukakan adalah mengalami keputihan.
c. Riwayat haid
Meliputi menarche, siklus haid, berapa hari lama haid, banyaknya darah haid, kapan menstruasi terakhir dan ada keluhan saat haid atau tidak.

d. Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui pasien menikah umur berapa, berapa kali menikah, lama menikah dan merupakan istri atau suami yang ke berapa.
e. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas lalu
Hal yang perlu dikaji antara lain ibu sudah hamil berapa kali, apakah ada riwayat abortus, dimana ibu ANC saat hamil, pada saat persalinan ditolong oleh siapa, komplikasi selama persalinan, bagaimana keadaan bayi dan adakah komplikasi masa nifas.
f. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Dikaji untuk mengetahui keluhan yang ibu alami saat ini, yang berhubungan dengan kesehatannya.
2) Riwayat kesehatan yang lalu
Dikaji untuk mengetahui apakah pasien pernah menderita suatu penyakit kronis, menular maupun penyakit infeksi, apakah pasien pernah menjalani operasi. Jika pernah jenis operasi apa yang dialami dan kapan operasi tersebut berlangsung.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Merupakan data mengenai latar belakang kesehatan keluarga yang meliputi anggota keluarga yang mempunyai penyakit tertentu terutama penyakit menular, penyakit yang dapat diturunkan, penyakit kronis dan penyakit menahun, seperti: diabetes mellitus, jantung hipertensi, ginjal, asma, TBC, gonorhoe, AIDS dan kelainan pembekuan darah.
g. Riwayat kontrasepsi
Dikaji untuk mengetahui alat kontrasepsi yang pernah digunakan, lama pemakaiaan dan komplikasi yang dialami.
h. Data kebiasaan sehari-hari
Data kebiasaan sehari-hari merupakan data yang berhubungan dengan kebiasaan yang dilakukan sehari-hari oleh klien baik sebelum maupun sesudah penggunaan IUD dengan keputihan. Hal yang perlu dikaji adalah:
1) Nutrisi
Dalam mengkaji data nutrisi perlu diketahui pola makan dan minum klien yang meliputi frekuensi, kualitas, porsi makan, jenis makanan yang disukai dan jenis makanan pantangan.
2) Pola eliminasi
Pola eliminasi menggambarkan berapa kali sehari klien BAK dan BAB, warna fesesnya, konsistensi fesesnya dan keluhannya.
3) Pola istirahat dan tidur
Yang perlu dikaji dalam pola istirahat dan tidur adalah beberapa jam klien tidur dalam sehari dan apakah ada gangguan tidur.
4) Aktivitas
Aktivitas klien dengan kontrasepsi IUD yang perlu dikaji meliputi aktivitas klien sehari-hari, apakah klien bekerja di tempat kerja atau di rumah sebagai ibu rumah tangga.
5) Personal hygiene
Hal-hal yang perlu dikaji dalam personal hygiene meliputi kebiasaan mandi, gosok gigi, keramas, ganti pakaian dan ganti celana dalam.
6) Pola seksual
Pola seksual perlu dikaji untuk mengetahui adanya gangguan frekuensi hubungan seksual, dengan siapa klien melakukan hubungan seksual, karena pemakai IUD yang mempunyai mitra sex lebih dari satu dapat menambah resiko mendapat penyakit radang panggul (Dep.Kes.RI, 1999: 104).
7) Perilaku kesehatan
Perilaku kesehatan menggambarkan kebiasaan klien yang berhubungan dengan masalah kesehatan, meliputi apakah klien perokok, karena IUD dapat digunakan pada perokok berat (Dep.Kes.RI, 1999: 105), apakah klien sedang menggunakan obat-obatan, karena IUD juga dapat digunakan pada mereka yang sedang memakai antibiotika atau anti kejang (Saifuddin, 2003: MK-74).
i. Data psikologi dan spiritual
1) Data psikologi mencerminkan bagaimana hubungan interpersonal klien dengan keluarga atau orang di sekitarnya, apakah ada konflik, bagaimana keadaan klien dalam keluarga. Data psikologi memberikan gambaran mengenai respon klien terhadap kontrasepsi IUD, selain itu juga menggambarkan perasaan klien menjadi akseptor IUD dan dukungan suami dan keluarga terhadap klien menjadi akseptor IUD.
2) Data spiritual mencerminkan kepercayaan kepada Tuhannya dengan penerimaan klien terhadap kontrasepsi IUD.
Data objektif yang berasal dari pemeriksaan meliputi pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik, pemeriksaan dalam dan pemeriksaan laboratorium.
a. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan umum terdiri dari keadaan umum, kesadaran, vital sign yang terdiri dari tekanan darah, suhu tubuh, pernafasan dan nadi serta berat badan (sebelum dan sesudah menggunakan kontrasepsi IUD).
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan akseptor kontrasepsi IUD disertai keputihan dapat dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan fisik tersebut adalah:
1) Kepala
Pemeriksaan fisik pada kepala yaitu bagaimana kondisi rambut dan kepala tentang warna, kebersihan, kerontokan, luka, benjolan dan nyeri tekan.
2) Wajah
Pada wajah dapat dilihat apakah klien pucat, cemas dan kebersihan wajahnya.
3) Mata
Adakah kelainan, simetris atau tidak, warna sclera dan warna konjungtiva.
4) Hidung
Untuk mengetahui bagaimana kebersihannya, apakah ada polip atau serumen
5) Telinga
Untuk mengetahui bagaimana kebersihannya, apakah ada serumen atau cairan, ada nyeri tekan atau tidak.
6) Mulut
Untuk mengetahui adakah stomatitis, keadaan gusi, kebersihan gigi dan lidah. Hal tersebut untuk mengetahui kecukupan vitamin dan mineral klien (Bates, 1998: 25-27).
7) Leher
Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe atau tidak (Varney, 2007: 37).
8) Dada
Untuk mengetahui kebersihan payudara, kesimetrisannya, puting susu menonjol atau tidak, apakah ada benjolan/massa pada payudara (Morton, 2003: 476).
9) Abdomen
Bagaimana turgor kulitnya, adakah benjolan, adakah nyeri tekan, adakah luka bekas operasi.
10) Genetalia
Bagaimana kebersihannya, adakah varises, apakah tampak pembesaran atau tumor. Pada klien yang menderita keputihan fisiologis akan tampak cairan lendir jernih, tak berwarna dan tidak berbau, sedangkan keputihan patologis akan tampak cairan berupa lendir yang berwarna kuning atau kehijauan dan berbau.
11) Ekstremitas
Untuk mengetahui apakah pada ekstremitas atas atau bawah terdapat varises atau odem dan reflek patella positif atau negatif.
c. Pemeriksaan Dalam (Inspekulo dan Bimanual)
Pemeriksaan inspekulo dilakukan untuk mengetahui keadaan vulva, dinding vagina, portio dan serviks.
Sedangkan pada pemeriksaan bimanual hal-hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan vulva, vagina, portio, besarnya corpus uteri, posisi uterus adakah massa, benjolan atau nyeri tekan saat pemeriksaan (Dep.Kes.RI, 1999: 109-110).
d. Pap Smear
Untuk memeriksa lendir serviks, mendeteksi pra kanker.
2. Interpretasi Data
Pada langkah ini data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi masalah atau diagnosa spesifik yang sudah diidentifikasi. Masalah yang muncul sering berkaitan dengan hal-hal yang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian.
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam ruang lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan. Standar nomenklatur diagnosa kebidanan yaitu diakui dan disahkan oleh profesi, berhubungan langsung dengan praktek kebidanan, mempunyai clinical judgement dalam praktek kebidanan, dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh klien yang diidentifikasikan oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian (Pusdinakes, 2003: 32).
3. Diagnosa Potensial
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosa atau masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi.
4. Antisipasi
Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Data-data baru harus senantiasa dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengidentifikasi situasi yang gawat di mana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa klien. Dalam hal ini, bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien, untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen kebidanan.
5. Rencana Tindakan
Pengembangan rencana asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya, langkah ini merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi sekarang atau yang telah diantisipasi dan juga mencakup langkah untuk data dasarnya. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana tersebut.
Rencana tindakan pada akseptor IUD dengan keputihan sesuai dengan http://astaqauliyah.com/2007/03/25/keputihan-si-putih-yang-mengganggu/, diperoleh tanggal 15 Mei 2008) adalah:
a. Jelaskan pada klien tentang keadaan dan kondisi IUD yang dipakainya.
b. Jelaskan pada klien tentang keputihan yang dialaminya.
c. Beri terapi untuk keputihan jika keputihan patologis.
d. Anjurkan klien untuk menjaga genetalianya tetap bersih dan kering.
e. Anjurkan ibu untuk tetap menggunakan IUD.
f. Anjurkan klien untuk kontrol ulang.
6. Implementasi
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap ini dimulai setelah rencana disusun dan ditujukan pada tenaga kesehatan untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2001: 63).
Langkah pelaksanaan yang dilakukan dari rencana asuhan secara menyeluruh ini bidan melakukan secara mandiri kecuali jika pelaksanaan penanganan kasus memerlukan tindakan di luar kewenangan bidan, maka perlu dilakukan konsultasi ataupun kolaborasi (Varney, 2007: 26).
7. Evaluasi
Evaluasi digunakan untuk mengukur kemajuan dari hasil tindakan yang telah dilakukan. Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan, apakah benar-benar terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana yang telah diidentifikasi di dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya (Pusdinakes, 2003: 35).
Pada evaluasi ini diharapkan klien tetap menggunakan kontrasepsi IUD dan dapat menerima efek samping dari kontrasepsi IUD (Saifuddin, 2003: MK-75).

BAB III
LAPORAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN KB PADA Ny. S AKSEPTOR IUD DENGAN KEPUTIHAN DI BPS DYAH S BANYUDONO BOYOLALI

1. PENGKAJIAN
Tanggal : 7 Mei 2008
Jam : 16.30 WIB
Tempat : BPS Dyah Banyudono
Pengkaji : Setyorini
a. Data Subjektif
1) Identitas
Istri Suami
a) Nama : Ny. S Tn. B
b) Umur : 28 tahun 30 tahun
c) Agama : Islam Islam
d) Pendidikan : SMEA SMEA
e) Pekerjaan : Tidak bekerja Swasta
f) Penghasilan : - + Rp 800.000,-/bln
g) Suku/ bangsa : Jawa/ Indonesia Jawa/ Indonesia
h) Alamat : Banaran RT.03 RW.02 Boyolali
2) Alasan Datang
Ibu akseptor IUD ingin memeriksakan keputihan yang dialaminya.
3) Data Kebidanan
a) Riwayat menstruasi
Ibu mengatakan pertama kali haid pada umur 13 tahun. Lama haid 6-7 hari, dengan siklus teratur tiap bulannya, dalam sehari 2-3 kali ganti tella, keluhan tidak ada.
b) Riwayat perkawinan
Ibu menikah 1 kali, usia saat menikah 20 tahun, lama perkawinan  8 tahun.
c) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Ibu hamil anak pertama pada usia 21 tahun, umur kehamilan aterm, selama hamil tidak ada keluhan, ibu melahirkan secara normal ditolong oleh bidan dan tidak ada penyulit, bayi langsung menangis, jenis kelamin laki-laki BB: 3000 gram, PB: 50 cm, sekarang sudah berumur 4 tahun dalam keadaan sehat. Masa nifasnya ibu tidak mengalami perdarahan dan tidak terjadi infeksi. Ibu menyusui bayinya sampi umur 1,5 tahun. Hamil kedua pada usia 26 tahun, umur kehamilan aterm, selama hamil tidak ada keluhan, ibu melahirkan secara normal ditolong oleh bidan dan tidak ada penyulit, bayi langsung menangis, jenis kelamin perempuan BB: 3200 gram, PB: 51 cm, sekarang sudah berumur 2 tahun dalam keadaan sehat. Masa nifasnya ibu tidak mengalami perdarahan dan tidak terjadi infeksi. Ibu menyusui bayinya sampai umur 1,5 tahun.
d) Riwayat kontrasepsi
Setelah kelahiran anak pertama, ibu dan suami memutuskan untuk memakai alat kontrasepsi suntik 3 bulanan, ibu telah menjadi akseptor suntik selama ± 2,5 tahun dan tidak ada keluhan. Ibu berhenti menggunakan alat kontrasepsi suntik karena ingin mempunyai anak lagi. Setelah kelahiran anak kedua, ibu ingin memakai alat kontrasepsi IUD. Setelah memakai alat kontrasepsi IUD ± 5 bulan ibu mengeluh keluar lendir jernih dari kemaluannya.
4) Data Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Ibu akseptor IUD 5 bulan dan mengeluh merasa risih sehubungan celana dalam yang selalu basah dan lembab pada genetalia karena keluar cairan dari alat kelamin berupa lendir kental, jernih, tidak gatal dan tidak berbau sejak 3 hari yang lalu dengan jumlah yang banyak. Saat ini ibu tidak sedang menderita penyakit menular, menurun dan penyakit infeksi.
b) Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan belum pernah mondok di Rumah Sakit, belum pernah operasi dan belum pernah menderita penyakit infeksi, menurun maupun menular, seperti:
1) Jantung dengan gejala dada berdebar-debar dan cepat lelah bila melakukan aktivitas ringan, mudah terkejut, telapak tangan berkeringat berlebihan.
2) DM dengan gejala banyak makan, sering BAK dan air kencing dikerubuti semut, luka sulit mengering, pertambahan BB berlebihan.
3) Ginjal dengan gejala nyeri pada pinggang, sedikit kencing dan frekwensinya meningkat, sakit pada saat kencing.
4) TBC dengan gejala batuk yang lamanya ± 1 bulan disertai darah, nafsu makan menurun, BB menurun, berkeringat pada malam hari meski tidak beraktivitas.
5) Hipertensi dengan gejala tensi darah sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg, nyeri kepala, pandangan kabur.
6) Endometriosis dengan gejala demam, keputihan yang berbau dan berwarna kuning atau kehijauan, menorargia, metrorargia.
7) Salpingitis dengan gejala demam tinggi sampai menggigil, mual-muntah, nyeri perut bagian bawah dan bagian kanan kiri bila ditekan.
8) Adnexitis dengan gejala nyeri pada perut bagian bawah, pada saat sebelum atau sesudah menstruasi, nyeri pinggang atau waktu BAB, amenorhea, dismenorhea.

c) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menurun dan menular.
5) Data Kebiasaan Sehari-hari
a) Nutrisi
Ibu mengatakan makan 3 kali sehari komposisi nasi, sayur (kangkung, bayam, sawi, wortel), lauk (telur, tahu, tempe, ayam), kadang buah dan minumnya 6-8 gelas dalam sehari dengan komposisi air putih, air teh kadang susu. Ibu mengatakan bahwa ibu tidak memiliki makanan pantangan.
b) Pola eliminasi
Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari, konsistensi lunak, warna kuning, bau khas feses, konstipasi tidak ada, tidak ada keluhan. BAK 5-6 kali sehari, warna kuning jernih, bau khas urine, tidak ada keluhan.
c) Personal hygiene
Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari dengan sabun mandi di kamar mandi, gosok gigi 2 kali dengan pasta gigi, keramas 3 kali dalam seminggu dengan shampo, ganti baju dan pakaian dalam 2 kali sehari dan setelah BAB/ BAK dibersihkan dengan sabun dan air bersih.
d) Pola istirahat dan tidur
Ibu mengatakan tidur malam 6-7 jam, tidur siang ± 1 jam. Tidak ada keluhan pada pola istirahat ibu.
e) Pola aktifitas
Ibu setiap hari melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, memasak, mengepel.
f) Pola hubungan seksual
Setelah pemasangan IUD, ibu melakukan hubungan seksual 2x seminggu, ibu tidak ada keluhan dan suami juga tidak ada masalah.
g) Kebiasaan buruk
Ibu tidak mempunyai kebiasaan buruk seperti merokok, minum-minuman beralkohol.
h) Data Psikologis
Ibu merasa khawatir dengan keadaanya sekarang. Ibu berharap setelah mendapat pengobatan, keputihannya segera sembuh.
i) Riwayat sosial
Hubungan ibu dan suami maupun anak serta tetangga terjalin baik. Ibu juga aktif mengikuti kegiatan di lingkungan tempat tinggalnya seperti arisan dan pengajian.
j) Riwayat spiritual
Ibu mengatakan selalu menjalankan ibadah sholat 5 waktu, dengan kondisinya saat ini ibu lebih mendekatkan diri kepada Allah.

6) Data pengetahuan tentang kesehatan
Ibu sudah tahu efek samping dari IUD tetapi ibu belum tahu cara cebok yang benar dan cara menjaga genetalianya tetap bersih dan kering.
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran : Compos mentis
b) Keadaan umum : Baik
c) Vital Sign : TD : 110/70 mmHg R : 24x /menit
S : 36,7 0C N : 84x /menit
d) BB : 55 kg
e) TB : 160 cm
2) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala : Rambut hitam lurus, tidak mudah dicabut, tidak ada ketombe dan tidak ada bekas luka.
b) Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih.
c) Muka : Tidak pucat, tidak ada jerawat, tidak odem.
d) Hidung : Simetris, bersih, tidak ada polip tidak ada nyeri tekan.
e) Mulut : Bibir tidak ada stomatitis, gigi tidak caries, gusi tidak ada nyeri tekan.
f) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe maupun tyroid.
g) Dada : Payudara simetris, tidak ada nyeri tekan.
h) Abdomen : Tidak ada bekas operasi, bersih.
i) Genetalia : Bersih, tidak ada varises, tidak tampak pembesaran/ tumor, tidak ada pembesaran kelenjar bartholini, tampak cairan berupa lendir kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau. Pada celana ibu tampak cairan/ lendir kental, jernih, tidak berbau dengan diameter ± 3 cm.
j) Ekstremitas : Atas dan bawah tidak terdapat oedema maupun varises, reflek patella kanan dan kiri baik.
3) Pemeriksaan Inspekulo
Dinding vagina : licin, tidak ada benjolan/ massa.
Portio : mencucu, permukaan halus, warna merah jambu, tidak ada erosi.
Servik : ada lendir kental, warna jernih, nampak benang IUD warna putih.
4) Pap Smear
Tidak dilakukan.

2. INTERPRETASI DATA
Tanggal 7 Mei 2008 Jam 16.45 WIB
Diagnosa kebidanan
Ny. S P2A0 umur 28 tahun, akseptor IUD 5 bulan dengan keputihan.
Dasar
Data Subjektif :
a. Ibu mengatakan merasa risih sehubungan celana dalamnya yang selalu basah.
b. Ibu mengatakan keluar cairan berupa lendir yang kental, jernih, tidak gatal dan tidak berbau dari kemaluannya dengan jumlah yang banyak sejak 3 hari yang lalu.
Data Objektif :
a. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Vital sign : TD : 110/70 mmHg R : 24x /menit
S : 36,7 0C N : 84x /menit
BB : 55 kg
TB : 160 cm
b. Pada celana dalam ibu tampak cairan/ lendir kental, jernih, tidak berbau dengan diameter ± 3 cm.
c. Pemeriksaan Inspekulo
Dinding vagina : licin, tidak ada benjolan/ massa
Portio : mencucu, permukaan halus, warna merah jambu, tidak ada erosi.
Servik : ada lendir kental, warna jernih, nampak benang IUD warna putih.

3. DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak ada.
4. ANTISIPASI
Tidak dilakukan.
5. RENCANA TINDAKAN
Tanggal 7 Mei 2008 Jam 16.50 WIB
a. Jelaskan pada ibu tentang keadaan dan kondisi IUD.
b. Jelaskan pada ibu tentang keputihan yang dialaminya.
c. Beritahu ibu cara menjaga genetalianya tetap bersih dan kering.
d. Anjurkan ibu untuk memakai care free dan ganti setiap kali basah/ ganti celana dalam setiap kali basah.
e. Beri terapi untuk keputihan yang dialami ibu.
f. Anjurkan untuk kontrol ulang 3 hari lagi.
6. PELAKSANAAN
Tanggal 7 Mei 2008 Jam 16.55 WIB
a. Menjelaskan pada ibu tentang keadaan dan kondisi IUD serta organ disekitarnya bahwa IUD berada di dalam uterus dalam keadaan normal terbukti nampak adanya benang IUD, berarti IUD ini tidak terjadi translokasi/ IUD tidak pada tempatnya, juga IUD yang dipakainya saat ini dalam keadaan baik.
b. Menjelaskan tentang keputihan yang dialami ibu bahwa keputihan yang dialaminya disebabkan karena benda asing (pemasangan IUD yang terjadi dalam beberapa bulan pertama setelah insersi).
c. Memberitahu ibu cara menjaga genetalianya tetap bersih dan kering yaitu dengan cara genetalia dibersihkan setiap habis BAB atau BAK dengan air bersih dengan arah dari depan ke belakang supaya kuman dari anus tidak masuk ke genetalia kemudian dikeringkan dengan handuk bersih.
d. Menganjurkan ibu untuk memakai care free agar daerah genetalianya tidak lembab.
e. Memberikan terapi keputihan pada ibu yaitu Metronidazol 500 mg 3×1 hari sebanyak 10 tablet, Kalmethason 0,5 mg 3×1 hari sebanyak 10 tablet.
f. Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang 3 hari lagi.
7. EVALUASI
Tanggal 7 Mei 2008 Jam 17.05 WIB
a. Ibu sudah mendapat informasi tentang keadaan dari kontrasepsinya yaitu IUD tetap berada pada tempatnya.
b. Ibu sudah mendapat informasi tentang keputihan yang dialaminya dan dapat menyebutkan kembali penyebabnya.
c. Ibu mengerti dan mampu mengulang kembali cara menjaga genetalianya tetap bersih dan kering.
d. Ibu berjanji akan memakai care free untuk menjaga daerah genetalianya agar tidak lembab dan bersedia ganti celana dalam setiap kali basah.
e. Ibu bersedia minum obat secara teratur.
f. Ibu berjanji akan melakukan kontrol ulang 3 hari lagi.
8. KUNJUNGAN ULANG I
Tanggal 10 Mei 2008 Jam 17.00 WIB
Subyektif :
a. Ibu mengatakan keputihannya sudah sembuh.
b. Ibu mengatakan celana dalamnya tidak lagi basah dan genetalianya tidak lembab.
Obyektif :
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign : Tensi : 110/70 mmHg
Nadi : 80x /menit
Suhu : 36,5 0C
Respirasi : 24x /menit
BB : 55 kg
TB : 160 cm
b. Inspeksi
Pada celana dalam ibu tidak tampak cairan/ lendir kental, jernih, tidak berbau.
Assessment :
Ny. S P2A0 umur 28 tahun, keputihan sudah teratasi.
Planning :
a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan.
b. Motivasi ibu untuk tetap menggunakan IUD
c. Anjurkan ibu untuk datang ke puskesmas/ bidan bila ada keluhan.
d. Memberitahu ibu kunjungan ulang berikutnya yaitu 12 bulan lagi atau jika ada keluhan.
B. PEMBAHASAN KASUS
Pada bab ini membahas mengenai proses manajemen asuhan kebidanan pada Ny. S akseptor IUD dengan keputihan secara terperinci mulai dari langkah pertama yaitu pengkajian data sampai dengan evaluasi sebagai langkah terakhir. Pembahasan ini akan menjelaskan mengenai faktor pendukung dan faktor penghambat proses serta kesenjangan antara manajemen teori dan praktek langsung di lapangan juga alternatif dari permasalahan yang ada.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses asuhan kebidanan yang penulis lakukan untuk mengumpulkan data subyektif maupun data obyektif. Pada langkah ini penulis tidak mengalami hambatan dalam mendapatkan data tersebut. Hal ini terlihat pada data subyektif yaitu ibu mengatakan menderita keputihan kental dan jernih dalam jumlah banyak yang menyebabkan celana dalamnya selalu basah. Pada data obyektif, saat pemeriksaan inspekulo, tampak benang IUD warna putih, portio mencucu, permukaan halus, warna merah jambu, tidak ada erosi, servik ada lendir kental, warna jernih, dan pada celana dalam ibu tampak cairan/ lendir kental, jernih, tidak berbau dengan diameter ± 3 cm.
Pada langkah ini perlu pemaparan mengenai kesenjangan yang ada antara teori dan praktek yaitu menurut teori dari Mansjoer (2001: 377-380) harus dilakukan Pap Smear untuk mendeteksi pra kanker servik tetapi karena keterbatasan sosial ekonomi mengakibatkan pemeriksaan Pap Smear tidak dilakukan sebab membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan keputihan yang dialami ibu tidak mengarah ke patologi.
2. Interpretasi Data
Data subyektif dan obyektif yang penulis temukan saat melakukan pengkajian mendukung ditegakkannya diagnosa kebidanan pada Ny. S yaitu P2A0 umur 28 tahun akseptor IUD dengan keputihan. Diagnosa kebidanan yang ditegakkan tersebut berdasarkan hasil pemeriksaan inspekulo yang didapatkan pada servik tampak benang IUD warna putih, keputihan di servik dan sekitarnya dan pada pemeriksaan inspekulo didapatkan celana dalam ibu tampak cairan/ lendir kental, jernih, tidak berbau dengan diameter ± 3 cm.
Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan, maka diagnosa yang muncul adalah akseptor IUD dengan keputihan.
3. Diagnosa Potensial
Pada langkah ini tidak ditegakkan diagnosa potensial karena tidak ada data-data yang mendukung untuk ditegakkannya diagnosa potensial serta tidak ada tanda dan gejala yang mengarah pada kegawatdaruratan.
4. Antisipasi
Tidak adanya diagnosa potensial pada kasus ini, maka tindakan antisipasi tidak dilakukan sebab tidak ada kegawatdaruratan yang memerlukan penanganan segera.
5. Rencana Tindakan
Langkah ini adalah merencanakan asuhan kebidanan pada Ny. S akseptor IUD dengan keputihan secara menyeluruh dengan didukung berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Rencana tindakan tersebut berdasarkan http://astaqauliyah.com/2007/03/25/keputihan-si-putih-yang-mengganggu/, diperoleh tanggal 15 Mei 2008) antara lain:
a. Jelaskan keadaan dan kondisi IUD kepada ibu setelah dilakukan pemeriksaan inspekulo.
b. Jelaskan penyebab terjadinya keputihan.
c. Beri terapi jika keputihan patologi.
d. Motivasi ibu agar tetap memakai IUD.
e. Beritahu ibu cara menjaga genetalia tetap bersih dan kering.
f. Beritahu ibu kunjungan ulang berikutnya.
Penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan, penulis juga tidak menemukan hambatan karena adanya kerja sama yang baik antara penulis dan klien.
6. Implementasi
Pemberian terapi Kalmethason menurut Winotopradjoko (2005: 182) atas indikasi keadaan alergi dan peradangan. Metronidazol menurut Mansjoer (2001: 150-151) diberikan atas indikasi candidiasis vaginal yang biasanya disebabkan oleh candida albicans. Pada kasus ini pasien diberi terapi Kalmethason dan Metronidazol, padahal menurut teori keputihan pada Ny. S tidak mengarah pada kondisi patologi dan tidak mengarah pada indikasi diberikan terapi, karena keputihan Ny. S merupakan efek samping penggunaan IUD. Keputihan pada Ny. S bersifat fisiologis, tidak perlu diberikan terapi tetapi cukup diberikan penjelasan saja bahwa keputihan tersebut normal dan akan sembuh dengan sendirinya. Pada kasus ini ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan yaitu Ny. S diberikan terapi padahal keputihan bersifat fisiologis. Penatalaksanaan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri/ parasit (bersifat patologis) boleh diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi. Pada praktek di lapangan bidan memberikan terapi obat-obatan dengan alasan menjaga kepercayaan pasien bila berobat selalu diberikan terapi dalam bentuk obat (medikamentosa), hal ini dilakukan oleh bidan guna menjaga kepuasan dan kepercayaan pasien tersebut terhadap bidan.
7. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam melaksanakan manajemen asuhan kebidanan, kerja sama dari Ny. S sangat mendukung hasil evaluasi. Hasil evaluasi yang penulis lakukan pada saat pengkajian tanggal 7 Mei 2008 yaitu ibu sudah mendapat informasi tentang keadaan dan kondisi IUD yang dipakainya, dapat menyebutkan kembali penyebab keputihan yang dialaminya, cara menjaga genetalianya tetap bersih dan kering, minum obat secara teratur, dan ibu berjanji akan melakukan kontrol ulang 3 hari lagi. Hasil evaluasi yang penulis lakukan saat kunjungan ulang tanggal 10 Mei 2008 yaitu keputihan Ny. S sudah teratasi dan bersedia melakukan kunjungan ulang 12 bulan lagi atau jika ada keluhan.

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

Akhir penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana pada Ny. S Akseptor IUD dengan keputihan di BPS Dyah S Banyudono”, beberapa hal yang bisa penulis simpulkan antara lain :
A. SIMPULAN
Setelah dilaksanakan asuhan Kebidanan secara menyeluruh dengan menggunakan manajemen kebidanan menurut Varney, maka penulis dapat menyimpulkan:
1. Penulis dapat menerapkan manajemen asuhan kebidanan pada Ny. S akseptor IUD dengan keputihan secara langsung sehingga dapat menambah pemahaman penulis terhadap asuhan kebidanan KB IUD dengan keputihan.
2. Asuhan kebidanan pada Ny. S akseptor IUD dengan keputihan berhasil dilaksanakan dengan indikasi keputihan dapat teratasi dan ibu bersedia untuk terus menggunakan kontrasepsi IUD.
3. Penulis menemukan kesenjangan antara teori dan praktek pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. S yaitu pada rencana dan implementasi kasus Ny. S diberikan terapi obat-obatan dengan alasan menjaga kepercayaan pasien bila berobat selalu diberikan terapi.


B. SARAN
Berdasar data kesehatan di atas, maka penulis dapat memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi penulis agar lebih meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan tentang kontrasepsi khususnya kontrasepsi IUD dengan keputihan sehingga dapat memberikan asuhan yang komprehensif dan meningkatkan pelayanan yang berkualitas.
2. Bagi lahan praktek BPS Dyah S Banyudono, agar meningkatkan sarana dan prasarana dalam memberi asuhan kebidanan pada akseptor IUD dengan keputihan.
3. Bagi institusi pendidikan, agar menambah jumlah buku sumber khususnya materi kontrasepsi dan efek sampingnya untuk melengkapi referensi dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul IUD dengan keputihan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2007). http://astaqauliyah.com/2007/03/25/keputihan-si-putih-yang-mengganggu. Diperoleh 15 Mei 2008
Anonim. (2007). www.medikaholistik.com. Diperoleh 15 Mei 2008
Anonim. (2008). http://www.bkkbn.go.id/dkijakarta/administrator/artikel/alkon.htm. Diperoleh 15 Mei 2008
Anonim. (2008). http://www.bkkbn.go.id/jabar/program_detail.php?prgid=2. Diperoleh 15 Mei 2008
Anonim. (2008). http://yuwielueninet.wordpress.com. Diperoleh 15 Mei 2008
Anonim.(2007). www.info-sehat.com. Diperoleh 15 Mei 2008
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rineka Cipta
Bates, B. (1998). Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Jakarta: EGC
Budiarto, E. (2001). Biostatistik Kedokteran untuk Masyarakat. Jakarta: EGC
Budioro. (2002). Pengantar Epidemiologi. Semarang: UNDIP
Depkes RI. (1999). Panduan Baku Klinis Program Pelayanan KB. Jakarta: UNFPA
Depkes RI. (2007). Kepmenkes RI. Jakarta: PP. Ikatan Bidan Indonesia
Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius.
Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.
Manuaba, I.B.G. (1998). Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC
Morton, P.G. (2003). Panduan Pemeriksaan Kesehatan. Jakarta: EGC
Notoadmodjo, S. (2002). Metodologi Penelitian Cetakan Kedua. Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam. (2001). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Pusdinakes. (2003). Konsep Asuhan Kebidanan. Jakarta: WHO
Saifuddin, A.B. (2003). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Sianturi, M.H.R. (2001). Keputihan. Jakarta: FKUI
Siswosudarmo. (2001). Teknologi Kontrasepsi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Varney, Hellen. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC
Wiknjosastro, H. (2003). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo
Winotopradjoko, M. (2005). ISO Indonesia. Jakarta: ISFI

Lampiran 1
PENDIDIKAN KESEHATAN
A. IDENTITAS
Judul : Perawatan daerah genetalia luar
Pelaksana : Mahasiswa STIKES Aisyiyah Surakarta “Setyorini”
Sasaran : Ny. S umur 28 tahun akseptor IUD dengan keputihan
Tanggal : 7 Mei 2008
Waktu : 16.55 WIB
Tempat : BPS Dyah Banyudono
B. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Meningkatkan kemampuan ibu dalam melakukan perawatan daerah genetalia.
2. Tujuan Instruksional Khusus
a. Ibu mengetahui manfaat perawatan daerah genetalia luar
b. Ibu mengetahui cara perawatan daerah genetalia dengan benar
C. POKOK-POKOK MATERI
1. Pengertian perawatan daerah genetalia luar
2. Tujuan menjaga kebersihan daerah genetalia
3. Cara menjaga kebersihan daerah genetalia luar
D. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
E. KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN
Tahapan Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan Sasaran Metode Waktu
Pendahuluan 1. Mengucapkan salam.
2. Menjelaskan tujuan pendidikan kesehatan. 1. Menjawab salam.
2. Memperhatikan ceramah. Ceramah

Ceramah 5 menit
Kegiatan Inti 1. Menjelaskan pengertian perawatan daerah genetalia luar
2. Menjelaskan tujuan menjaga kebersihan daerah genetalia luar.
3. Menjelaskan cara menjaga kebersihan daerah genetalia luar. 1. Memperhatikan

2. Memperhatikan

3. Memperhatikan Ceramah 15 menit
Penutup 1. Menyimpulkan materi penyuluhan.
2. Melakukan evaluasi dengan pertanyaan lisan
3. Menutup kegiatan penkes dengan mengucapkan salam. 1. Memperhatikan
2. Menjawab pertanyaan
3. Menjawab salam Ceramah

Tanya jawab 10 menit

F. EVALUASI
1. Apakah yang dimaksud dengan perawatan daerah genetalia luar?
Jawab:
Tindakan yang dilakukan supaya genetalia senantiasa bersih.
2. Apa tujuan perawatan daerah genetalia?
Jawab:
Supaya terhindar dari penyakit.
3. Bagaimana cara perawatan daerah genetalia?
Jawab:
Perawatan daerah genetalia dapat dilakukan dengan cara membasuh daerah genetalia atau cebok dari arah depan kebelakang serta menggunakan sabun yang lembut, setelah itu dibasuh dengan air yang bersih dengan arah yang sama, yaitu dari arah depan kebelakang, setelah itu dilap dengan handuk bersih.
4. Celana dalam yang bagaimana sebaiknya digunakan?
Jawab:
Sebaiknya menggunakan celana dalam dengan bahan yang dapat menyerap keringat.

MATERI PERAWATAN DAERAH GENETALIA LUAR
1. Pengertian perawatan daerah genetalia luar
Perawatan daerah genetalia luar adalah serangkaian tindakan yang dilakukan untuk menjaga daerah genetalia luar agar senantiasa bersih sehingga terhindar dari infeksi saluran kemih atau infeksi pada daerah genetalia luar.
2. Tujuan menjaga daerah genetalia luar
a. Mencegah infeksi pada daerah genetalia luar.
b. Menjaga kebersihan daerah genetalia luar.
c. Mencegah iritasi memberi rasa nyaman.
3. Cara menjaga kebersihan daerah genetalia luar
a. Membersihkan daerah genetalia dengan sabun dan air bersih. Pastikan membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu dari depan kebelakang, kemudian daerah disekitar anus.
b. Mengeringkan daerah genetalia luar dengan menggunakan handuk khusus yang bersih setiap habis BAB/ BAK.
c. Memakai celana dalam yang bersih, tidak ketat, dan terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat sehingga daerah genetalia tidak terlalu lembab. Mengganti celana dalam minimal 2 kali dalam sehari.
d. Menghindari menggaruk daerah vulva.
e. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelamin.
(Saifuddin, 2002: 127)

0 komentar: