Efek Pil KB Bagi Wanita yang Sudah Menopause

Kini perempuan bisa mengatur siklus menstruasi mereka sesuai keinginan. Sudahkan mereka tahu manfaat dan risikonya?
Irna adalah seorang perempuan sibuk. Hampir sepanjang minggu, ibu seorang putri yang bekerja sebagai direktur marketing di sebuah perusahaan di Jakarta ini diharuskan pergi ke luar kota, bahkan ke luar negeri. Aktivitasnya lumayan padat demi menemui klien yang tersebar di seluruh pelosok negeri. Namun Irna yang memang mencintai pekerjaannya tampak selalu enjoy. Hanya ada satu hal yang kadang mengganggunya. Setiap menstruasi tiba, ia selalu mengalami masalah. Mulai dari darah haid yang berlebihan hingga rasa tidak nyaman yang sudah ia nikmati sejak gadis. Perjalanan hidup Irna akhirnya membawanya ke sebuah pil KB yang bisa membuatnya bisa mengatur sendiri siklus haidnya. Dengan konsumsi pil canggih tersebut, tanpa jeda, Irna bisa terbebas dari “siksaan” bulanannya. Minimal menjadi hanya 4 kali dalam setahun.
Irna hanya satu dari ribuan bahkan jutaan perempuan di dunia yang sudah merasakan manfaat pil KB yang bisa mengatur siklus haid mereka. Lain lagi pasangan Anton dan Maya yang baru saja menikah. Maya sengaja menunda menstruasinya karena tidak ingin bulan madu yang sudah direncanakan jauh-jauh hari menjadi terganggu gara-gara masalah “sepele”, menstruasi.
Ya menunda menstruasi memang relatif baru di Indonesia, kecuali untuk para jemaah haji, yang memang sering melakukan hal ini. Di luar negeri, menunda menstruasi hingga 4 bulan sekali telah menjadi trend. Namun akhir-akhir ini mulai muncul perdebatan sehubungan dengan semakin luasnya penggunaan pil kontrasepsi jenis ini.
New York Times, beberapa waktu lalu menguji perdebatan tentang banyaknya eksperimen, mereka menyebutnya over experimental, terhadap obat-obat kontrasepsi oral yang bisa menunda bahkan menghilangkan periode menstruasi bulanan. Mereka mengutip Times, yang mengatakan kini semakin banyak perempuan yang menggunakan pil pengontrol kelahiran (KB) yang sekaligus bisa membuat mereka tidak mengalami menstruasi. Namun sebagian perempuan menganggap menstruasi adalah simbol yang amat fundamental yang melambangkan kesuburan dan kesehatan.
Beberapa studi menemukan bahwa mengonsumsi obat kontrasepsi oral setiap hari tanpa jeda sama sekali, aman dan tidak ada risiko terhadap fertilitas mereka. Namun, para pejabat kesehatan di Amerika Serikat menyatakan hingga kini hanya sedikit data yang meneliti penggunaan kontrasepsi oral yang terus menerus tanpa putus.
Masih menurut Times, ambivalensi ini menjadi salah satu alasan mengapa Lybrel menerima tanggapan beragam dari perempuan dan ahli kesehatan. Lybrel adalah pil kontrasepsi terbaru buatan Wyeth, yang bisa menunda siklus menstruasi. Dalam studi yang dibuat Wyeth, hampir dua per tiga perempuan tertarik dengan “penghilangan” siklus haid mereka. Namun mereka juga menemukan hampir 50% perempuan yang mereka survei merasa tidak masalah dengan menstruasi bulanan mereka, sebagai tanda bahwa mereka tidak hamil. Dan 25% mengatakan, menstruasi adalah hal alamiah pada semua wanita, dan tidak perlu direkayasa.
Seperti dikuti dalam situs medicalnewstoday, penelitian yang ada menunjukkan efek samping pil KB yang bisa menekan menstruasi mirip dengan pil-pil KB lainnya. Risiko paling signifikan dari pil jenis ini adalah komplikasi kardiovaskular terutama pada perempuan perokok. Maria Bustillo, ahli endokrinologi reproduksi di Miami, mengatakan, “jury is still out”. Penilaian masih terus berjalan untuk melihat apakah risiko kanker payudara juga meningkat.
Yasmin, pil kontrasepsi buatan PT Schering AG (kini Bayer Schering Pharma) lebih beruntung dari Lybrel. Bisa dikatakan Yasmin yang mengandung drospirenone dan estradiol, hormon turunan progestin dan estrogen, lebih beruntung. Kehadiran Yasmin tidak mengundang pro kontra berlebihan. Bahkan pil kontrasepsi yang bisa menunda siklus menstruasi ini kini menguasai pasar di seluruh dunia. Namun kabarnya, FDA berencana meloloskan Lybrel ke pasaran, sekaligus mengukuhkan diri sebagai penantang Yasmin.

Aman, tetapi…
Di Indonesia pengguna pil KB seperti Yasmin hanya perempuan dengan kelas menengah atas (karena harganya memang tidak murah), jadi wajar perdebatan tidak muncul. Pihak Schering pun memeberikan bukti-bukti keamanan Yasmin. Salah satunya studi oleh Foldart dkk tahun 2006 yang menyimpulkan bahwa penggunaan jangka panjang formulasi 30 ug ethinyl estradiol dan 3 mg drospirenone selama 126 hari tanpa interval, ternyata aman, efektif dan dapat diterima dengan baik oleh penggunanya. Selain itu, penggunaan pil kontrasepsi ini memberi efek positif seperti menurunkan darah haid, menurunkan retensi cairan serta mengurangi sindrom prahaid.
Dr. Andon Hestiantoro SpOG(K) dari Departemen Obstetrik dan Ginekologi FKUI/RSCM mengatakan, pil KB memang dapat dimanfaatkan untuk mengatur siklus menstruasi. Siklus menstruasi dapat diatur menjadi satu kali dalam satu bulan, satu kali dalam dua bulan, satu kali dalam tiga bulan. Selama ini perempuan memilih mengatur siklus haid mereka dengan dua alasan, menunda atau menjarangkan.
Perempuan yang menunda menstruasi biasanya karena aalasan seperti perjalanan jauh, pertandingan olah raga yang sangat penting, agar lebih konsentrasi saat mengikuti ujian, bulan madu, puasa, dan ibdah umrah atau haji. Namun sebagian perempuan memilih menjarangkan menstruasi mereka karena alasan nyeri haid, darah haid yang sangat banyak, sindrom pra-haid (sakit kepala, sukar tidur, nafsu makan meningkat, dan sebagainya), serta penyakit-penyakit yang menyebabkan anemia seperti leukemia, trombositopenia, dan thalasemia.
”Sebenarnya istilah menghilangkan tidak terlalu tepat. Dengan pil KB, menstruasi tidak dihilangkan atau tidak ditimbun di dalam rahim. Namun pil KB dapat digunakan untuk mengatur saat siklus haid atau menstruasi sesuai dengan saat yang diharapkan terjadi,” jelas Andon.
Tentang efek keamanannya, masih menurut Andon, sudah ada penelitian untuk safety jangka panjang penggunaan pil KB di Indonesia, dan hasilnya aman. ”Tapi memang belum ada penelitian penggunaan pil KB extended regimen di Indonesia. Di Amerika penggunaan pil KB extended regimen sudah mendapat ijin untuk siklus 91 hari (dengan metoda ini, perempuan hanya mendapat menstruasi sebanyak 4 kali dalam setahun),” jelasnya.
Setiap perempuan usia reproduksi dapat menggunakan pil KB sesuai dengan indikasi yang ada yaitu kontrasepsi, terapi endometriosis, terapi hiperplasia endometrium, terapi kondisi androgen berlebih (kulit berminyak, jerawat, pertumbuhan rambut abnormal), terapi gangguan siklus menstruasi (darah menstruasi banyak atau tak teratur), terapi pada nyeri haid primer dan pengaturan siklus menstruasi.
Meskipun beberapa studi sudah menunjukkan pil kontraspesi jangka panjang aman, namun kata Andon, pil KB tidak dapat diberikan jika terdapat kontraindikasi absolut dan harus diberikan dengan pengawasan ketat jika terdapat kontraindikasi relatif.
Dan yang masuk dalam kontraindikasi absolut pil KB, yaitu ada riwayat atau sedang menderita penyakit tertentu seperti: trombosis vena dan arteri, penyakit jantung iskemik, migren, stroke ringan atau stroke berat, gangguan kadar lemak darah, gangguan faktor pembekuan darah, kelainan pembuluh darah otak, kelainan liver berat, tekanan darah tinggi berat dan tidak terkontrol, pankreatitis, pasca molahidatidosa dengan kadar hCG yang belum negatif, kehamilan, perdarahan dari rahim yang belum diketahui sebabnya, kanker payudara, dan kanker rahim. Sedangkan kontraindikasi relatif pil KB adalah hiperprolaktinemia, depresi berat, dan diabetes melitus yang terkontrol.
Karena itu mengonsumsi pil KB pun sebenarnya tidak sesederhana seperti layaknya minum vitamin. Menurut Andon, yang juga tergabung dalam Medical Research Unit FKUI ini, sebelum memberikan pil KB, perlu dilakukan wawancara mengenai berbagai riwayat penyakit. Yaitu riwayat penyakit dahulu (misalnya alergi), riwayat penyakit yang sedang diderita (hipertensi, diabetes melitus, penyakit autoimun, dsb), riwayat penyakit keluarga (trombosis, hipertensi), riwayat migren, riwayat siklus menstruasi, sedang hamil atau tidak, riwayat merokok, dan pengobatan yang sedang dijalani (obat maag, antibiotika, dan sebagainya)
Selain itu juga perlu dilakukan pemeriksaan fisik meliputi tekanan darah, tinggi dan berat badan dan menyingkirkan pasien dengan kehamilan. ”Selama tidak ada keluhan, maka tidak perlu dilakukan USG payudara atau mamografi. Cukup dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) rutin oleh pengguna pil KB,” pesan Andon.
Menurut Andon, sudah banyak bukti ilmiah bahwa penggunaan pil KB pada wanita usia reproduksi tidak meningkatkan kejadian kanker payudara dan kanker lendir rahim (endometrium). Andon menambahkan pil KB sangat berbeda dengan terapi sulih hormon. ”Dosis estrogen dan progestin pada pil KB tidak memiliki pengaruh negatif terhadap organ yang sehat,” jelasnya. Selain itu dalam terapi sulih hormon, hormon yang digunakan adalah hormon alamiah untuk perempuan usia menopause, sedangkan pil KB adalah hormon sintetik yang dipergunakan untuk perempuan sebelum menopause. Jadi meskipun terdapat pro dan kontra bagi pada terapi sulih hormon, namun perempuan yang menggunakan pil KB seharusnya tidak panik. Memang benar bila pil KB mengandung estrogen dan progestin, tapi sebagian besar perempuan mengonsumsinya sebelum menopause, saat dimana tubuh memproduksi lebih banyak hormon buatan tubuh sendiri. Sehingga mungkin saja tubuh masih bisa menangani kelebihan hormon tersebut dengan lebih baik.

http://senowahyu.multiply.com/journal/item/260/Efek_Pil_KB_bagi_wanita_yang_sudah_menopause

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Apa hubungannya dengan menopause